Memintarkan Anak dengan Ponsel Pintar

Oleh : Fitria Helmanila

5c1702500c037f01691e04f221cad26e2568365db72227567b7199dd21ef7798

Teknologi setiap tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali. Hal ini dilatarbelakangi dengan akal dan pikiran manusia yang semakin tahun semakin haus dengan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk dikembangkan. Selain itu, perkembangan teknologi juga didukung dengan kebutuhan manusia yang semakin beragam, sehingga manusia dituntut untuk berfikir membuat alat yang mampu memenuhi kebutuhan.

Aspek yang sangat terasa perubahannya adalah pada teknologi informasi. Teknologi informasi Masyarakat zaman tradisional dahulu dalam pencapaian informasi dari jauh memerlukan waktu yang begitu lama, karena saat itu masih menggunakan cara pengiriman pesan yang masih sederhana yaitu surat-menyurat, kemudian berkembang menjadi faksimile kemudian telepon, lalu telepon genggam, dan sekarang semua itu berubah pada tingkatan yang lebih moderen, yaitu ponsel pintar. Perkembangan teknologi informasi ini pun membuat terciptanya era baru, era baru tersebut dinamakan era informasi. Di era informasi ini, umat manusia dapat bertukar segala informasi dengan cepat, mengakses data dengan cepat, penyebaran informasi yang dilakukan media kepada masyarakat dapat dihitung dalam hitungan detik. Namun, dampak negatifnya adalah terkadang informasi yang ada di internet mengandung provokasi dan pornoaksi. Masih ingatkah kita dengan ponsel keluaran terbaru yang masih menggunakan antena besar dengan layar biru, bahkan hitam putih. Sekarang ilmuwan telah menyulap ponsel tersebut menjadi ponsel pintar. Ponsel pintar menggabungkan era informasi dengan teknologi ponsel. Ponsel ini dibuat begitu canggih. Dua ratus ribu juta orang mampu mengakses data lebih cepat dan dimana saja. Ingin mengirim e-mail, tidak perlu lagi mencari warnet atau membawa-bawa laptop, cukup dengan mengaktifkan e-mail di ponsel pintar tersebut. Membuka alamat situs yang dituju lebih mudah, dan ponsel ini juga mampu membuat penggunanya mudah dalam mengakses berita.
Bagimana ponsel ini membuat penggunanya pintar, mengikuti semua berita terbaru dengan lebih cepat.

Perkembangan ponsel pintar ini membuat terciptanya kebiasaan dan kebudayaan baru. Masyarakat sekarang seperti tidak bisa lepas dengan jaringan internet dan ponsel pintarnya. Kebiasaan ini dialami di negara Korea, dimana diumumkan dari survei pemerintah negara Korea bahwa total 50 juta penduduk, terdapat tidak kurang 2,55 juta warga yang kecanduan ponsel pintar. Masyarakat Indonesia pun, berbondong-bondong untuk membeli ponsel pintar ini. Ponsel pintar ini pun sangat diminati. Tidak hanya diminati oleh orang dewasa, tetapi oleh anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Tidak jarang orang tua memberikan anaknya ponsel pintar. Namun, pemberian ponsel pintar ini kepada anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar mengundang pro dan kontra. Ada yang tidak setuju pemberian ponsel pintar oleh orang tua kepada anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka menganggap bahwa ponsel pintar ini belum dibutuhkan untuk anak sekolah dasar. Mereka menganggap ponsel pintar mampu membawa dampak yang buruk terhadap anak seusia itu, selain dampak buruk dari radiasi ponsel pintar, ponsel pintar juga dianggap membuat anak anti sosial, tidak peka, ketergantungan sehingga malas belajar, dan memiliki kesempatan mengakses situs porno di usia dini sehingga menciptakan generasi yang pemalas, dewasa sebelum waktunya, dan tidak mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Disamping itu, ada yang setuju dengan pemberian ponsel pintar oleh orang tua kepada anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Alasanya karena ponsel pintar mampu mengembangkan potensi anak sejak dini, mengembangkan wawasan anak, dan orang tua mampu mengontrol anaknya dengan ponsel pintar tersebut.

Menurut saya, pemberian ponsel pintar oleh orang tua kepada anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar belum saatnya, namun pengenalan ponsel pintar kepada anak sangat diharuskan. Orang tua tidak harus memberikan ponsel tersebut sepenuhnya dipakai oleh sang anak. Orang tua harus mampu melakukan pendekatan dan pengawasan dalam mengenalkan manfaat dan dampak negatif dari ponsel pintar tersebut. Karena jika ponsel pintar tersebut tidak dikenalkan oleh orang tuanya, hal tersebut dapat memicu sang anak mencari tahu kegunaan ponsel tersebut di luar. Kalau anak tersebut bertanya kepada orang baik selain orang tuanya, dia akan menggunakan ponsel pintar dengan bijaksana. Namun, jika anak bertanya kepada orang yang tidak baik, apa yakin ponsel tersebut akan digunakan dengan bijaksana?, atau malah sebaliknya, sang anak terprovokasi, dan mampu mengakseses situs porno. Disini, peran orang tua sangat besar dibutuhkan dalam mengawasi dan mengenalkan anak pada eranya dia lahir dan berkembang. Hubungan anak dan orang tua juga harus baik. Orang tua harus melek, dan tidak tutup mata dengan perkembangan anak, lingkungannya, dan eranya. Sehingga anak mampu tumbuh dengan eranya tanpa melupakan batasan-batasan dalam pengembangan dirinya.

Sekian tulisan saya malam ini, semoga bermanfaat, selamat malam dan selamat beristirahat !.

Diskriminasi Ilmu Sebagai Penghambat Pelajar Untuk Berkembang

Oleh : Fitria Helmanila

Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara. Diskriminasi di dalam kamus besar Indonesia memiliki banyak tipe, yaitu diskriminasi berdasarkan warna kulit, diskriminasi berdasarkan golongan suku, ekonomi, agama, dsb. Diskriminasi kelamin adalah pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin; Diskriminasi golongan suku adalah pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan anggapan segolongan suku tertentu bahwa suku itulah yang paling unggul dibandingkan dengan golongan suku lain; Diskriminasi sosial adalah pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya. Mendiskriminasi adalah melakukan atau membuat diskriminasi.

Dari pengertian tentang diskriminasi tersebut jelas bahwa diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan. Pembedaan perlakuan memiliki dampak bagi seseorang yang mengalami perlakuan yang berbeda tersebut. Apa yang terjadi jika pembedaan perlakuan tersebut dialami oleh banyak pelajar di Indonesia. Pembedaan perlakuan yang dialami tersebut berdasarkan ilmu yang dipilih oleh masing-masing pelajar di Indonesia. Di negara kita masih banyak pola tingkah laku sosial yang mendekriminasikan pelajar beradasarkan ilmu yang dipilih, yang diminati, atau yang menjadi bakat alamiah dari masing-masing pelajar.

Pola tingkah laku sosial yang terjadi oleh banyak pelajar di Indonesia sejak mereka duduk di bangku SD hingga mengenyam pendidikan di perguruan tinggi adalah diskriminasi ilmu yang kurang disinggung. Diskriminasi ilmu adalah suatu bentuk bullying yang tersirat dan seakan-akan dilegalkan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, bahkan sampai tingkat pemerintahan. Pada tingkat sekolah, banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk mengikuti kursus matematika, tanpa memperhatikan apakah sang anak senang dengan pelajarannya atau tidak. Pada tingkat sekolah menengah atas dimana diadakan penjurusan antara IPA atau IPS, banyak orang tua yang memaksa anaknya pula untuk masuk jurusan IPA dengan alasan gengsi bukan melihat pada bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anaknya.Bahkan pada tingkat masuk area seleksi pekerjaan pun, pada tahap psikotes, soal-soal psikotes tidak dibedakan berdasarkan kebutuhan pelamar. Metode ini hanya akan mengantarkan orang yang lebih jago matematis yang lolos, bukan orang yang cocok di bidang yang dilamar dengan kemampuan matematis yang rendah. Cara-cara seperti ini pula yang menghambat perkembangan seseorang dalam memilih dan serius pada bidang yang diminati sehingga jarang sekali ditemukan seseorang yang ahli di Indonesia. Diskriminasi ilmu pula yang membuat seseorang memilih bidang ilmu dengan alasan gengsi, bukan karena bakat alami dan minat yang mereka miliki, hasil yang didapat pun menjadi setengah-setangah. Mengingkari bakat alami anak-anak yang dimiliki akan membuat mereka tidak bisa menikmati yang mereka kerjakan. Memaksakan anak-anak untuk belajar atau mengerjakan hal yang tidak mereka sukai, baik dari orang tua dan guru di sekolah atas dasar gengsi merupakan bentuk bullying yang paling kejam, namun tidak kita sadari selama ini.
Padahal kecerdasan tidak diukur dengan keberadaan ilmu apa yang dipilih. Tetapi kecerdasan adalah ketika bakat dan minat saling bertemu. Kemampuan sang anak dalam berpikir. Hal yang terpenting adalah melakukan yang terbaik pada bidang yang mereka minati, yang mereka sukai, dan yang mereka pilih.

Ada kecerdasan manusia dalam 8 kategori. Penulis sangat mendukung teori kecerdasan manusia dalam 8 kategori ini karena pembagian kecerdasan seperti ini sangat bertolak belakang dengan diskriminasi ilmu yang kerap terjadi di negara kita, teori kecerdasan 8 kategori ini menganggap bahwa semua manusia pada dasarnya adalah cerdas pada bidang bakat dan minat yang dimilikinya.

1. Kecerdasan Linguistik
Adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan kata secara efektif, lisan, maupun tertulis. Meliputi juga kemampuan memanipulasi dan mengolah tata bahasa atau struktur kalimat, susunan, huruf, dan mampu menyusunnya dengan baik dan indah.

2. Kecerdasan Matematis-logis
Adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan angka dengan baik, melakukan penalaran dengan benar, kepekaan pada pola dan hubungan antar hal, fungsi logis dan abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdaan ini anatar lain kategorisasi (pengelompokan sesuatu), klasifikasi (pemisahan), pengambilan kesimpulan, generalisasi, perhitungan, dan pengujian hipotesis.

3. Kecerdasan Spasial
Adalah Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat, mentranformasikannya. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur. Kemampuan membayangkan sesuatu, mempresentasikan ide dengan cara visual, mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.

4. Kecerdasan kinestesis
Adalah Kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide atau perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu, kelenturan kekuatan, akan berhubungan hal yang berkaitan dengan sentuhan.

5. Kecerdasan Musical
Adalah Kemampuan menangani bentuk-bentuk musical dengan cara membedakan, mengubah, kepekaan pada nada, irama, melodi. Bisa dengan cepat menghafal lagu dan menggunakan musik untuk menghafal pelajaran.

6. Kecerdasan Interpersonal
Adalah Kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Kepekaan terhadap ekspresi wajah, reka, suara, kemampuan menanggapi secara efektif tanda-tanda tersebut dan mempengaruhi kelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu.

7. Kecerdasan Intrapersonal
Adalah Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kepekaan terhadap memahami diri sendiri, kesadaran atas suasan hati, keinginan, kemampuan berdisiplin diri, memahami, dan menghargai diri.

8. Kecerdasan Naturalis
Adalah keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies di lingkungan sekitar. Kepekaan terhadap fenomena alam, dan kemampuan membedakan benda tak hidup.

Overall, Diskriminasi ilmu adalah penghambat pelajar dalam berkembang, setiap orang berhak untuk berkembang dengan ilmu berdasarkan bakat alamiah dan ilmu yang diminatinya. Diskriminasi ilmu seharusnya tidak lagi menjadi suatu bentuk bullying yang sangat kejam. Karena seorang anak memiliki kecerdasannya masing-masing untuk berkembang, kecerdasan itu terbagi menjadi 8, yaitu kecerdasaran linguistik, kecerdasan matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Dia

Oleh : Fitria Helmanila

Dia…

yang berpakaian lusuh…

yang mengayuh sepeda tua…

yang sungguh tak harapkan musuh…

Sahabat hidupnya adalah buku

seseorang yang menyebarkan ilmu

untuk mencerdaskan berbagai suku

benar dia bukan pelaku namun yang membuat pelaku

Setiap pesannya sebagai lidid

peledak motivasi yang tersirat

sungguh yang tersirat bak koloid

zat berpencar namun tak terlihat

Berbagai kecaman menghampirinya

namun tak satupun yang mengernai hatinya

namun tak satupun yang mengeriting misinya

satu, hanya ingin mencerdaskan bangsanya

Dia…

begitu banyak kokus di hidupnya

namun, hobinya selalu mengoleksi semangat

mencapai misi yang tersirat

Dia bukan pendekar lidah

namun, dia pendekar ilmu

yang memiliki semangat yang kian terasah

yang selalu dipanggil, “guru…”

Guru adalah suatu unsur manusia dalam proses pendidikan. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar dan mengajar, untuk itu mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas guru.
Dalam proses di sekolah, guru memiliki tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Tugas ganda tersebut yang membuat jasa guru sangat besar. selain sebagai contoh, juga sebagai penyalur ilmu dan menciptakan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu. Untuk itu puisi DIA yang berisi tentang kehebatan seorang guru merupakan suatu bentuk hormat saya kepada seluruh guru yang ada di Indonesia.